Tuesday, October 20, 2009


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Fakultas Ilmu Komunikasi mempunyai 1 (satu) Program studi, yaitu Ilmu komunikasi dengan 2 (dua) konsentrasi, yaitu konsentrasi Jurnalistik dan konsentrasi Hubungan Masyarakat (Public Relation).

a. Konsentrasi Ilmu Jurnalistik (Terakreditasi)

Pendidikan Program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik Strata Satu (S1), bertujuan mempersiapkan sarjana yang terampil serta akademis dan profesional sebagai tenaga peneliti, perencana dan pengelola dibidang jurnalistik.

Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, kurikulum pendidikan dalam program studi ini memberikan perhatian terhadap aspek yang menyangkut perkembangan, proses, dampak, dan pendayagunaan teknologi komunikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sarjana Ilmu sosial bidang studi ilmu komunikasi konsentrasi ilmu jurnalistik, diharapkan memiliki :

1. Kemampuan dalam mencari, mengolah, menulis dan menyampaikan berita/artikel, tajuk rencana, laporan mendalam secara efektif melalui media massa yang sesuai dengan kode etik jurnalistik.
2. Pemahaman akan hukum yang mengatur media massa
3. Kepekaan akan aspek-aspek kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
4. Kemampuan mengelola dan mengembangkan usaha penerbitan media cetak dan atau elektronik.
5. Kemampuan melakukan penelitian dibidang media massa.

Luasnya bidang yang membutuhkan para sarjana bidang studi Ilmu Komunikasi, baik dibidang pemerintah maupun swasta merupakan lapangan pekerjaan yang terbuka bagi sarjana Ilmu Sosial ini, terutama sebagai tenaga peneliti, perencana dan pengelola, dan bidang-bidang khusus seperti perusahaan penerbitan SK, majalah, TV, Radio, Film, dan pekerjaan lain yang berkaitan.

Lihat Kurikulum Jurnalistik

b. Konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat (Terakreditasi)

Pendidikan program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat (Public Relation), bertujuan menghasilkan sarjana yang dapat bekerja dilembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta.

Hubungan Masyarakat penting dalam suatu organisasi, karena keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya ditentukan oleh peranan dan kegiatan hubungan masyarakat dalam memelihara hubungan baik dengan publik sasaran baik internal maupun eksternal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Sarjana Ilmu Sosial bidang studi ilmu komusikasi Konsentrasi Ilmu Hubungan Masyarakat diharapkan memiliki:

1. Pengetahuan tentang berbagai kegiatan lembaga eksternal dan internal, memantau, menemukan serta membantu dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan publik.
2. Pengetahuan dan wawasan dibidang teknis penelitian, perencanaan dan pengelolaan program kehumasan serta melakukan komunikasi dan evaluasi.
3. Kemampuan menggunakan Teknik Komunikasi lisan maupun tulisan, gambar dalam situasi perorangan, kelompok dan massa.
4. Kemampuan dan keterampilan dibidang kehumasan dan menciptakan kerjasama untuk kepentingan kehumasan bersama.

Lapangan pekerjaan bagi para lulusan program studi ini cukup luas, karena semua organisasi pemerintah maupun swasta memiliki unit kerja, khususnya yang menangani hubungan masyarakat.

Sunday, October 18, 2009

sELintas Tentang IM TELKOM

23 mEi, sekolah Tinggi Manajemen Bisnis Telkom (STMB) didirikan dengan nama master in business administration (MBA) bANDUNG sebagai Graduate School ( sekolah pasca sarjana ).
Teruzzz, MBA bANDUNG adalah penyelenggara program MBA pertama di jawa barat. STMB masuk ke dalam jajaran 4 besar sekolah bisnis terbaik versi majalah SWA tahun 1992, mengungguli universitas-universitas negeri seperti UI,ITB,UNPAD, dll

Proses perubahan nama Kampus W neh.....
tgl 5 mei 1993, perubahan nama dan organisasi MBA Bandung menjadi Sekolah tinggi Manajemen Bandung (STMB)
Kemudian bulan september 1997 tepatnya, sekolah tinggi manajemen bandung (STMB) Berubah dan di tetapkan menjadi sekolah tinggi manajemen bisnis telkom (STMB TELKOM)
Dan yang terakhir neh, tgl 12 juli 2008,berubah nama menjadi institute manajemen telkom (IM TELKOM)

Kampus Im TELOM mempunyai 5 program studi yaitu?
1.MBTI ( Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informasi )
2.Akutansi
3.Ilmu komunikasi
4.Desain komunikasi visual
5.Administrasi Niaga
6.Pemasaran
Itulah jurusan-jurusan yang ada di IM TELKOM saat ini. kampus utama IM TELKOM berada di GegerKalong Hilir, hanya jurusan MBTI yang tempat kuliahnya di sana, sedangkan fakultas FMDK berada di kampus 3, tepatnya di jalan SETI BUDI N0.15, dan kampus 2 berada di jalan suropati..

begitulah cerita-cerita tentang kampus IM TELKOM tercinta saya....

4 Jenis Mahasiswa, Anda Termasuk Yang Mana?

1. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Ketidakmampuannya (Unconsciously Incompetent)

Tahun 1994, kehidupan saya di Jepang di mulai. Saya beserta 14 orang yang lain sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, nama sekolahnya Kokusai Gakuyukai. 1 tahun belajar bahasa Jepang, kita berhasil menghapal sekitar 1000 kanji. Kemampuan bahasa Jepang level 1 menurut Japanese Language Proficiency Test alias Nihongo Noryoku Shiken. Kebetulan karena saya senang nggombalin orang ngomong, percakapan bahasa Jepang saya cukup terasah (pera-pera). Di Kokusai Gakuyukai, kita juga diajari pelajaran dasar untuk Matematika, Fisika dan Kimia. Ini juga nggak masalah. Kurikulum Indonesia yang padat merayap plus rumus-rumus cepat ala bimbel :D , membuat soal-soal jadi relatif mudah dikerjakan. Karena saya newbie di dunia komputer, padahal harus masuk jurusan ilmu komputer, saya beli komputer murah untuk saya oprek. Newbie? yah bener, saya gaptek komputer waktu itu. Saya kerja keras, saya bongkar PC, saya copoti card-cardnya karena pingin tahu, sampe akhirnya rusak hehehe. Terus nyoba mulai install Windows 3.1. Lebih dari 3 bulan, tiap malam saya keloni terus itu komputer, jadi lumayan mahir lah. Tahun 1995, masuk ke Saitama University dengan sangat PD dan semangat membara :) . Nah pada tahap ini saya sebenarnya masuk ke jenis mahasiswa yang tidak sadar akan ketidakmampuannya. Dikiranya semua sesuai dengan yang dibayangkan dan diangankan.

2. Mahasiswa Yang Sadar Akan Ketidakmampuannya (Consciously Incompetent)

Masuk kampus, ternyata bekal kanji 1000 huruf nggak cukup. 1000 kanji itu level anak SD atau SMP di Jepang. Saya perlu lebih dari 30 menit untuk membaca 1 halaman buku textbook pelajaran, padahal orang Jepang hanya perlu 2-3 menit :( Kemahiran percakapan juga nggak banyak menolong karena mahasiswa Jepang membentuk grup-grup. Saya satu-satunya mahasiswa asing di Jurusan, nggak kebagian teman, meskipun sudah kerja keras tegur sapa, ngajak kenalan, nanya jam, nanya mata pelajaran, dsb. Matematika, Fisika, dan Kimia sebenarnya mudah, hanya masalahnya karena Kanji terbatas, kadang saya nggak ngerti yang ditanyain apa. Jadi kadang saya kerjasama dengan mahasiswa Jepang disamping saya, dia ngerti apa yang ditanyain, tapi nggak bisa ngerjakan. Sebaliknya saya nggak ngerti yang ditanyain, tapi sebenarnya bisa ngerjain … hehehe. Untuk praktek di lab komputer, ternyata semua pakai terminal Unix (Sun), sama sekali nggak ada mesin yang jalan under (Microsoft) Windows. Yang pasti, harus sering mainin command line di shell, untuk ngedit file hanya bisa pakai emacs, browsing hanya bisa pakai mosaic, laporan harus pakai latex, buat program harus pakai bahasa C atau perl (CGI) untuk yang berbasis web. Kenyataan membuat saya sadar akan ketidakmampuan saya :) .

3. Mahasiswa Yang Sadar Akan Kemampuannya (Consciously Competence)

Karena sadar bahwa banyak hal yang ternyata saya belum mampu, yang saya lakukan adalah belajar keras. Saya kurangi tidur, saya perbanyak baca, perbanyak beli buku, beli kamus elektronik, banyak diskusi dengan teman-teman mahasiswa Jepang. Saya mulai banyak bermain-main dengan Linux dan FreeBSD di rumah untuk kompatibilitas dengan tugas kampus. Nyambung internet dengan dialup, mulai belajar mengelola server, mulai membuat program kecil-kecilan dengan bahasa C dan Perl. Banyak kerja part time, mulai dari nyuci piring, interpreter, code tester dan programmer. Saya mulai aktif di dunia kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, termasuk ikut mengurusi Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang sampai pernah terpilih jadi ketua umumnya. Knowledge dan skill di kampus terasah, experience dan manajemen keorganisasian juga terasah. Alhamdulillah saya mulai banyak punya teman Jepang, kadang makan bareng, main bareng atau ngoprek komputer bareng di asrama mereka. Untuk menambah ilmu kadigdayaan (sebenarnya sih untuk keperluan kerja part time ;) ), saya menambah peliharaan komputer di apartemen dengan Apple Macintosh dan beberapa Unix machine.

Tahun pertama dan kedua terlewati dengan baik, nilai lumayan dengan nuansa penuh kegembiraan. Saya berusaha semaksimal mungkin “menjual” kemampuan saya, baik dalam bentuk jasa alias sebagai interpeter, lecturer, programmer, software engineer, maupun dalam kemasan produk software yang saya buat (sistem informasi rumah sakit, sistem informasi periklanan, web application, network management system, dsb). Alhamdulillah saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat ;) . Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya :) .

4. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Kemampuannya (Unconsciously Competence)

Saya banyak ngejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa tobikyu (loncat tingkat), meskipun saya kemudian nggak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master (S2), ijazah S1 nggak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan (PNS) akan merepotkan, apalagi kalau nanti nyalon jadi walikota semarang, bisa kena pasal ijazah palsu … hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong (sudah terambil di tingkat sebelumnya). Part time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar nyuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak professor pengajar, karena saya ambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dsb yang nggak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan ngambil kredit, nggak sadar kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit :D.

Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar 6 jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “nggak ngerti lagi mau ngapain di Internet” :D . Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk mbangunin admin kampus, alias men-downkan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil passwordnya, sehingga bisa baca email-email cintanya ;) . Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing 3 bulan karena ngecrack account professor-professor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang nggak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus :) .

Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dsb yang pada saat dapat kita mikirnya ini nanti dipakai dimana yah :) . Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap project-project yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya :)

Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skillnya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, 4 hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri.

Yang paling penting, apapun jenis anda, jangan pernah menyerah dan tetap dalam perdjoeangan.